DEFINISI & LATAR BELAKANG

Sebelumnya kami akan menjelaskan lebih dahulu apa SSRA Alfateta dan ISC.  Alfateta adalah lembaga pelatihan dan pemberdayaan SDM berbasis literasi dan mind power.

I. Alfateta Literasi Indonesia

  1. Alfateta didirikan sejak 2007 dengan nama Lemjuri. Alfateta saat ini memiliki lebih dari 50 pelatihan offline dan online dan kami telah melatih puluhan ribu orang di seluruh Indonesia.
  2. Salah satu pelatihan Alfateta yang saat ini sedang dikembangkan di sekolah di seluruh Indonesia adalah SSRA (Super Speed Reading Alfateta).
    Mengapa pelatihan ini kami prioritaskan karena saat ini Indonesia adalah negara termasuk paling malas baca di dunia dan skor PISA (Program for Internasional Student Assessment)-nya juga termasuk terendah di dunia.
  3. Berdasarkan data kecepatan baca siswa SMA lebih dari 80% setara dengan SD (< 200 kpm), hanya 15% siswa yang dapat memahami isi buku yang dibacanya. Rata-rata orang Indonesia tidak membaca satu buku pun dalam 1 tahun, termasuk siswa dan gurunya. Thailand dulu nom 59 dari 61 negara paling malas baca di dunia, kita no..60. sekarang Thailand mampu membaca 5 buku setahun sedangkan kita satupun tidak indeks literasi Thailand mencapai 65,1% sedangkan Indonesia 0,001%.

Hal di atas seharusnya tidak dapat dibiarkan karena dapat berakibat pada rendahnya mutu manusia Indonesia dan menyulitkan kita untuk bersaing dengan negara-negara di tingkat ASEAN dan dunia.. Secara internal rendahnya minat baca dan budaya literasi akan mengakibatkan tingginya angka:

  1. Kebodohan 
  2. Pengangguran
  3. Kemiskinan dan
  4. Tingginya tingkat kriminalitas di Indonesia.
    Karena itu adalah tanggung jawab kita bersama untuk meningkatkan minat dan kecepatan baca bangsa kita.
    Alfateta menemukan strategi meningkatkan minat dan kecepatan membaca sampai dengan 1000%. Ini sama denganampu membaca 12 buku setahun (Setara Jepang, jauh dibatas Asean) dan memiliki kecepatan 500 kpm (setara China).

Untuk tujuan itu Alfateta, melakukan 2 tahap:

  1. Menawarkan assessment gratis untuk mengukur kecepatan membaca siswa  ke sekolah-sekolah terutama SMP dan SMA.
  2. Jika kecepatan membaca siswa sangat buruk maka kita menawarkan penerapan strategi SSRA (Super Speed Reading Alfateta) untuk meningkatkan minat dan kecepatan membaca siswa.

SSRA bukanlah sekedar pelatihan baca cepat, tapi juga mengajarkan siswa mampu membaca benar, efektif, dan efisien, serta mampu memahami, mengingat, dan mempresentasikan buku yang dibacanya.

Untuk tercapainya tujuan tersebut Alfateta memiliki strategi:

  1. Assessment. Yaitu melakukan tes kecepatan membaca pada para siswa secara massal. Mengapa kecepatan membaca perlu dites karena rumus minat baca al-fatihah adalah semakin tinggi kecepatan membaca semakin tinggi minat baca dan pemahaman terhadap bahan bacaan. Sebaliknya juga benar.
  2. Commitment. Peningkatan minat dan kecepatan membaca 1000% dapat dicapai apabila ada komitmen kepala sekolah guru dan siswa bersama Alfateta. Akan lebih bagus lagi jika didukung oleh kementerian pendidikan.
  3. Wajib baca. Seperti halnya di Thailand dan di Singapura serta negara berliterasi tinggi lainnya membaca adalah wajib bukan mubah. Siswa diwajibkan membaca satu bulan satu buku dengan teknik SSRA.
  4. Penguasaan terhadap SSRA. Mengapa SSRA. Karena SSRA bukan sekedar baca cepat tapi merupakan sebuah strategi. Siswa harus mampu membaca satu buku selesai dalam satu waktu tidak boleh dicicil dan melakukan mapping terhadap buku yang dibacanya. Siswa dapat mencapai target membaca 12 buku setahun dalam 2 hari apabila siswa diberikan tugas membaca minimal 6 buku di perpustakaan dengan teknik SSRA.
  5. Kompetisi. Kompetisi adalah wujud dari reward dan punishment yang diberikan oleh sekolah masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan minat dan kecepatan membaca. Dimulai dari kompetisi antar kelas, antar sekolah di kelurahan, kecamatan, kabupaten, bahkan nasional. Dari sini akan muncul bibit untuk mengikuti olimpiade baca cepat tingkat dunia.
  6. Evaluasi. SSRA bukanlah ilmu baca cepat belaka, dan bukan hanya sebagai pengetahuan, setelah pelatihan selesai. SSRA, berkelanjutan.Yakni siswa wajib baca. Tugas guru, menugaskan dan mengingatkan siswa tentang kewajiban baca. Sedangkan tugas Alfateta adalah melakukan bimbingan

II. ILMCI.

ILCMI singkatan dari Indonesia Love My Country sebuah lembaga bimbingan belajar jarak jauh. Saatini memiliki program ISC adalah Indonesia sehat dan cerdas. Produk yang dijual adalah:

  1. Aplikasi Screening. Aplikasi untuk mengecek kesehatan seseorang.
  2. Aplikasi pembelajaran Edupin. Dengan memiliki PIN member dapat mengakses e-learning yang di dalamnya terdapat bimbel SD SMP SMA, pembelajaran 28 bahasa asing, edugame, wawasan kebangsaan dll.

Kedua aplikasi ini menjadi produk andalan dalam bisnis ISC, yang penjelasannya antara lain:
1. Biaya membership Rp 1 juta. Komisi referal 25% jadi dengan mengajak 4 orang, balik modal.
2. Dengan membayar satu juta member mendapatkan 20 pin screening dan 20 edupin.

Penghasilan:

  1. Penjualan Konvensional. Sebenarnya dengan menjual 20 pin screening dan 20 edupin member secara konvensional, member sudah bisa mendapatkan Rp 100.000 x 20 x 20 = Rp 4.000.000. jadi keuntungannya Rp 4 juta kurang satu juta sama dengan Rp 3 juta.
  2. Rekrutmen Kaki 1 (25%). Selain penjualan konvensional member dapat melakukan program MGM atau member get member. Dari setiap member yang bergabung akan mendapatkan 9 x 250.000 = 2.250.000.
  3. Rekrutmen Kaki ke-2  dan seterusnya.
    Rekrutment Kaki ke-2: 9 x 9 = 81 x 1.000.000 x 5% = 4.000.000. Rekrutment  kaki ke-4 (4%), Kaki ke 5 (3%), Kaki ke-6 (1,5%) Total Rp 1,2 M (lihat tabel)

Penggantian Token Assessment dengan Edupin

  1. Karena ini Pendidikan dan masuk ke sekolah-sekolah, Alfateta tertarik untuk menjalankan bisnis ini. Namun Alfateta kurang merasa relevan dengan assessment kesehatan.
  2. Pada saat pertemuan dengan bapak Aldo dari ILMCI, kami mengusulkan agar 20 token

Alfateta akan memberikan dukungan fasilitas:

  1. Surat pengantar ke sekolah
  2. flyer atau poster
  3. Katalog untuk pelatihan lain
  4.  
  1. assessment diganti dengan 20 edupin. Jadi total PIN yang didapatkan oleh member Alfateta apabila membeli adalah 40 pin edupin.

Cara Pemasaran.

  1.  Alfateta merasa memasarkan edupin ke sekolah baik secara ritel maupun group akan sulit karena alfateta bukan lembaga bimbingan belajar. Personal branding Alfa teta adalah baca cepat SSRA (Super Speed Reading Alfateta).
  2. Karena itu alfateta akan tetap masuk menawarkan program ISC melalui pelatihan baca cepat SSRA.
  3. Dengan berkolaborasi dengan program ISC, alfatita bisa memberikan biaya pelatihan lebih rendah dari biaya sebelumnya. Biaya sebelumnya pelatihan SSRA Rp 2,5 juta per jam dikali 6 jam sama dengan Rp 15 juta dengan jumlah peserta maksimal 100 orang.
  4. Dengan adanya program ISC maka Alfateta akan menawarkan biaya pelatihan tidak berdasarkan jam tapi orang yakni Rp 200.000 per orang, dengan jumlah peserta maksimal 40 orang atau Rp 8.000.000 per orang..

Bagi Hasil:

  1. Rp 100.000 dianggarkan untuk pelatihan baca cepat SSRA: 40 x 100 = Rp 4 juta (bersih)
  2. Rp 50.000 dianggarkan untuk pembelian edupin 40 x 50.000 = Rp 2.000.000.
  3. Rp 50.000 dianggarkan untuk IMLCI, biaya operasional, komisi ordal.

Mekanisme:

  1. Alfateta akan menyiapkan perangkat pemasaran seperti flyer dan surat pengantar ke sekolah kepada semua member yang akan memasarkan pelatihan ssra dengan bonus edupin.
  2. Orang yang memasarkan ke sekolah-sekolah adalah member atau calon member yang disetujui oleh Alfateta.
  3. Apabila sekolah bersedia mengadakan pelatihan maka PIN yang digunakan adalah milik member yang mendapat

Dengan cara ini member akan sangat mudah untuk mendapatkan 9 kaki hanya dari satu sekolah. Untuk selanjutnya member dapat membuat kaki baru di bawah 9 kaki yang ada atau dengan memberikan kesempatan kepada para guru kepala sekolah atau marketing lainnya.

Pengembangan Ke Depan

  1. Jika jumlah permintaan untuk pelatihan baca cepat SSRA berkembang pesat, maka Alfateta akan memberikan TFT (training for trainer) kepada marketing yang berhasil merekrut 9 member di bawahnya. Baik yang membernya sendiri atau member atas nama orang lain.
  2. Jika pelatihan dilakukan oleh trainer di masing-masing daerah maka kapasitas akan berbagi hasil dengan para trainer yakni 50:50 yakni @ 2 juta. Para calon trainer akan mengikatkan diri dengan Alfateta untuk hak lisensi pengajaran SSRA ini. Setiap marketing atau member yang ingin menjadi trainer, akan melampaui tahap ujian mendapatkan sertifikat, sertifikasi dan lisensi.
  3. Alfateta menyerahkan penjualan edupin pada semua member sehingga keuntungan menjadi milik marketing, trainer di daerah atau para guru.

Kerjasama dengan ILMCI

  1. ILMCI akan mempromosikan ssra di aplikasi dan dalam pemasaran ke sekolah-sekolah. Jika pemasaran dilakukan manajemen ILMCI, maka penjualan token dapat menjadi milik manajemen. 
  2. ILMCI akan memasukkan pelatihan online SSRA untuk mengatasi apabila ada pelatihan yang sulit dijangkau karena jarak yang jauh atau medan yang sulit. Latihan SSRA yang dimaksud dapat berupa video LMS atau zoom.
  3. Alfateta belum memperhitungkan jika untuk pelaksanaan program ini ILMCI mendapatkan bagi hasil kecuali Rp 50.000 yang telah dibudgetkan untuk operasional yang di dalamnya ada untuk ILCMI

Harapan

  1. Dengan adanya program kerjasama ILMCI dengan Alfateta ini diharapkan ssra dan edupin dapat terjual dan tersebar ke masyarakat Indonesia dengan cepat.
  2. Alfateta dan ILMCI memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Misalnya kekuatan SSRA Alfateta adalah tidak ada saingan. Jika pun ada biaya pelatihannya sangat tinggi misalnya Andi Setiawan biaya pelatihan antara Rp 3 juta sampai dengan 4,9 juta per orang. Di beberapa tempat lainnya paling murah Rp 1,5 juta/orang. Alfateta sendiri menetapkan biaya untuk pelatihan langsung paling rendah 750.000. untuk online Rp 300.000. namun dengan kolaborasi ini pelatihan Alfateta dapat ditawarkan dengan sasaran perorangan dengan biaya Rp 200.000. dengan alokasi anggaran sudah sampaikan di atas. Kelebihan pelatihan Alfateta saat ini dibutuhkan, mengingat minat baca dan kecepatan baca bangsa kita adalah yang terendah di dunia. Alfateta telah mempresentasikan pelatihan ini di 10 lembaga negara atas rekomendasi presiden ke Kemenko PMK.
  3. Di ILMCI juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya diantaranya telah memiliki e-bimbel dan e-course yang sangat lengkap dan sudah berusia sangat lama. Kelemahannya saat ini bimbel kurang populer dengan kebijakan pemerintah untuk meluluskan setiap siswa. Dan persaingan bimbel terlalu banyak. Program MGM di ILMCI jika digabungkan dengan atau dikolaborasikan dengan SSRA Alfateta akan sangat kuat dan luar biasa.

KEMUDAHAN

Hukum pareto atau probabilitas adalah 80:20. Dari 10 orang yang ikut presentasi atau ditawari, kemungkinan yang tertarik dan bergabung adalah 2 orang, yang 8 gagal, dan tak kembali lagi. 

Dalam konsep Alfateta huku pareto 20:80. Dari 10 orang 8 harus mau bergabung, yang 2 orang tidak mengapa tidak berminat. Ini pun kalau bisa dengan cara lain ditarik kembali untuk bergabung. Alfateta akan membagi 3 kelompok member di bawah Alfateta:

  1. Member Mampu. Kepada yang mampu kami akan mendorong pembayaran segera, agar dapat segera mendapatkan kode referal dan langsung action. Alfateta akan memberikan landing page pribadi dengan gratis. 
  2. Member tidak mampu. Sedangkan bagi yang uangnya kurang atau tidak mampu, kami akan membekali landing page pribadi dengan syarat member harus membayar Rp 150.000. Jika ada yang bergabung maka member yang tidak mampu wajib membayar biaya MGM setelah mendapat order pelatihan dari sekolah. Landing page wajib  berbayar agar member serius menjalankan program MGM ini. 

Dukungan Alfateta:

  1. Alfateta akan membantu persiapan administrasi yang dibutuhkan, seperti surat pengantar, flyer, dll yang dibutuhkan
  2. Tim Alfateta bersedia melakukan bantuan assesment dan pelatihan pendahuluan (preview)
  3. Member akan mendapatkan pelatihan preview dan melakukan assesment. 
  4. Bagi yang berhasil merekrut 9 member, Alfateta akan memberi kesempatan member menjadi perwakilan atau trainer Alfateta dengan sistem pembagian Alfateta memberikan bagi hasil ke trainer 30% untuk trainer pratama, 40% untuk trainer madya, dan 50% untuk trainer senior.
  5. Alfateta mempersiapkan pelatihan untuk calon trainer, TFT (Training for Trainer), perolehan sertifikat bagi yang telah ikut pelatihan, sertifikasi yang telah mengikuti TFT dan ujian,  lisensi untuk yang telah menandatangani kerjasama menjadi trainer.  
Scroll to Top